Senin, 29 September 2008

Strategi Pembelajaran Anak dengan Gangguan Komunikasi di Sekolah Reguler (by Endang Widiati, M.Pd)


Bab I
PENDAHULUAN



Gangguan komunikasi dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak yang berada di lingkungan kita. Terjadinya gangguan komunikasi akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan ana, meskipun tidak seluruh aspek pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan seseorang ditentukan oleh kemampuan perilaku komunikasinya. Akan tetapi akan sangat janggal, apabila terdapat anak/ seseorang yang sehat secara fisik tetapi tidak mampu dalam berkomunikasi.
Gangguan Komunikasi juga dapat dialami anak berkebutuhan khusus pada jenis hambatan apapun. Sebagaimana kita lihat yang terjadi pada anak tunanetra, anak tunarungu, anak dengan hambatan intelektual, anak Cerebral palsy.
Keberadaaan anak Kebutuhan Khusus di Sekolah regular merupakan perwujudan sebuah pendekatan dan system yang sedang di dengungkan oleh pemerintah sai ini , melalui sekolah inklusi. Walaupun untuk dapat mengimplementasikan secara ideal konsep inklusi memerlukan waktu yang tidak sedikit. Karena banyak hal yang harus dipersiapkan baik dari fisik, maupun kesiapan sumber daya manusianya. Selain itu perlu juga dipersiapkan juga system manajemen serta kesiapan masyarakat sekitar untuk dapat menerima konsep pendidikan inklusi.
Anak berkebutuhan khusus di SD Reguler berbagai macam ragamnya. Masing –masing hambatan yang dimiliki mempunyai strategi pembelajaran yang yang tidak sama. Memberikan pelayanan kepada masing-masing jenis hambatan, dengan strategi yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing individu.
Pelayanan pendidikan Anak dengan gangguan komunikasi di SD Reguler pada dasarnya hanya terkesan asal anak mendapat kesibukan. Hal ini di sebabkan karena terbatasnya pengetahuan bagi guru regular tentang pembelajaran anak berkebutuhan khusus.



BAB II
STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI
DI SEKOLAH REGULER
a. DEFINISI
Gangguan komunikasi pada dasarnya merupakan penyimpangan dari kemampuan seseorang dari aspek bahasa , bicara, suara dan irama kelancaran. Hal tersebut terjadi akibat adanya penyakit , gangguan kelainan fisik, psikhis maupun sosiologis. Gangguan tersebut bisa saja terjadi pada masa janin dalam kandungan, saat lahir atau setelah lahir. Selain dari sebab tersebut dapat juga disebabkan karena factor keturunan, cacat bawaan atau didapat.

b. MACAM-MACAM GANGGUAN KOMUNIKASI
Menurut Bambang dalam Tarmansyah, 1995 ), bahwa gangguan komunikasi dapat dibedakan menjadi 4 gangguan yaitu :
Gangguan Bahasa.
Bahasa adalah ujaran dan bukan tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah pertama bahasa, yakni bahasa adalah lambing bunyi. Seorang pembicara bahasa akan selalu sadar apa yang akan ia katakan, akan tetapi ia tidak sadar bagaimana ia mengatakannya. Begitu pula yang terjadi pada kita. Kita tidak sadar akan mekanisme ujaran, karena gaya bicara kita sudah menjadi kebiasaan yang terbentuk dari meniru, mengulang dan pematangan.
Dalam proses bahasa masih adanya persepsi yang berbeda-beda. Masih banyak kenyataan bahwa pengajaran bahasa Indonesia dijuruskan pada pemahaman dan penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa. Hal ini mengakibatkan siswa pandai menguraikan tata bahasa dan mungkin dapat menghafalkan kaidah bahasa tersebut dalam komunikasi yang baik dan benar. Mereka dapat membuat pernyataan tentang bahasa dengan baik tetapi tidak dapat berbicara dalam bahasa tersebut. Mereka menjadi ahli bahasa dan bukan pembicara.
Tata bahasa bukanlah tujuan pengajaran bahasa , tetapi alat untuk mencapai tujuan. Tatabahasa dalam sub system fonologi, morfologi dan sintaksis adalah alat bantu dalam pengajaran bahasa.
Ganguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesuliatan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan symbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya.


Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah sebagai berikut :

a. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa
Adalah salah satu bentuk adalam kelainan bahsa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal seusiannya.
Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan keterlambatan mental intelekktual, ketunarunguan, congenital aphasia, autisme, disfungsi minmal otak dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami sebab-sebab tersebut di atas, terlambat dalam perkembangan kemampuan bahasa , dalam terjadi pada fonologis, semantic dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi.
Gangguan tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses pemerolehan bahasa diantaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus asa, kreatifitas dan daya khayalnya kurang, serta kurangnya pemilikan konsep diri.
b. Afasia
Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan adanya kerusakan pada pusat-pusat bahasa di cortex cerebri. Kerusakan pada pusat-pusat yang dialami oleh anak disebut afasia anak. Dan kerusakan pusat yang dialami oleh orang dewasa disebut afasia dewasa.
Secara klinis afasia dibedakan menjadi :

1. Afasia Sensoria.
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan makna rangsangan yang diterimanya . Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi.
Seorang aphasia dewasa akan kesulitan untuk menyebutkan kata buku walau di hadapannya ditunjukan benda buku. Klien dengan susah menyebut busa.... bulu......... bubu. (klien nampak susah dan putus asa).
Untuk aphasia auditory, klien tidak mampu memberikan makna apa yang didengarnya. Ketika ditanya, “apakah bapak sudah makan?. Maka jawabannya adalah piring....... piring...... meja..... ya...ya..

2. Afasia Motoris
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun fikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain.
Bicara lisan tidak lancar, terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan.
Seorang apasia dewasa berumur 59 tahun, kesulitan menjawab, rumah bapak dimana?, maka dengan menunjuk ke arah barat , dan dengan kesal karena tidak ada kemampuan dalam ucapannya. Jenis aphasia ini juga dialami dalam menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebur dengan disgraphia (agraphia).

3. Afasia Konduktif
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Pada ucapan kalimat-kalimat pendek cukup lancar, tetapi untuk kalimat panjang mengalami kesulitan.

4. Afasia Amnestic
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol yang dipilih yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Misalnya apabila mau mengatakan kursi maka diganti dengan kata duduk.

Gangguan bicara
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara. Perkembangan bahasa seseorang akan mempengaruhi perkembangan bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan dimana anak dibesarkan.
Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan keslahan artikulasi fonem, baik dalam titik artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti penggantian /substitusi atau penghilangan / omosi.
Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Disaudia
Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas bunyi bicara, sehingga pesan bunyi yang tidak sempurna dan mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut sering dipergunakan dalam berkomunikasi. Misalnya kata /kopi/, ia dengar /topi/, kata /bola/, ia dengar /pola/.
Anak yang mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi, ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat penegasan, makna tanda seru dalam kalimat.
Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya. Namun tidak semua lawan bicaranya dapat menerima sehingga komunikasi secara global terganggu.
b. Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi benda terutama bunyi-bunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan tapi, kopi dengan topi.
Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/ diucapkan / bu...gi....cal/.

c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat.
Disartria ada beberapa jenis, yaitu:
1. Spastic Disartria : ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
2. Flaksid Disartria : ketidak mampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
3. Ataksia Disartria : ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai kata/kalimat.
4. Hipokinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap rangsangan dari pusat/cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.
5. Hiperkinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul kenyaringan.

d. Disglosia
Disglosia mengandung arti kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara. Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi yaitu:
1. Palatoskisis : sumbing langitan
2. Maloklusi : salah temu gigi atas dan gigi bawah
3. Anomali : kelainan atau penyimpangan/cacat bawaan misalnya bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.

e. Dislalia
Yaitu gejala gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga tidak mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi /kaman/ atau /nakam/


Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi:
a. Kelainan Nada : gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi yang berakibat pada gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi, nada rendah, nada datar, dwinada, suara pubertas.
b. Kelainan kualitas suara : yaitu gangguan suara yang terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan suara yang biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu, preathiness, hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.
c. Afonia
Yaitu kelainan suara yang diakibatkan ketidakmampuan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali karena kelumpuhan pita suara, histeria, pertumbuhan yang tidak sempurna atau karena suatu penyakit.

Gangguan Irama
Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya ketidaklancaran pada saat berbicara, meliputi:
a. Stuttering : atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran berbicara berupa pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan ketidakmampuan untuk memulai pengucapan kata.

b. Cluttering :ganguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti.
Terdapat 3 type yaitu:
1. Distorsi : pengucapan yang tidak jelas
2. Substitusi : penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain
3. Omisi : penghilangan bunyi-bunyi

c. Palilalia
Kelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa.

c. Peranan Guru dalam mengatasi anak dengan gangguan Komunikasi di Sekolah Reguler
Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik , yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan memperhatikan tahap perkembangan dasar dan kesesuian dengan lingkungan, sehingga muncul kemandirian.
Seorang guru di sekolah reguler mempunyai peran ganda dalam mengelola siswanya baik yang mempunyai kebutuhan khusus maupun yang reguler. Dalam tugasnya sebagai guru selain mendidik dan mengajar juga memberikan pelayanan dan pelatihan dalam upaya mengatasi problematika yang dihadapi terutama apabila terdapat siswa dengan gangguan komunikasi.
Penanganan gangguan komunikasi yang profesional ditangani oleh speech therapist atau ahli bina wicara. Profesi tersebut dilatarbelakangi oleh pendidikan formal di bidang kesehatan. Ahli bina wicara tersebut menangani kelainan gangguan komunikasi baik yang dialami oleh anak maupun orang dewasa. Mereka juga merupakan anggota tim dari rehabilitasi medis bekerjasama dengan profesi lain dalam rangka bersama-sama menangani pasien.
Peranan guru dalam menangani gangguan komunikasi adalah sebagai mitra kerja dari ahli bina wicara, karena profesi guru adalah ahli di bidang pendidikan.
Dalam kegiatan belajar mengajar penanganan gangguan komunikasi mengacu kepada mata pelajaran Bahasa Indonesia, karena bahasa adalah alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual.

d. Kemampuan Yang harus dimiliki guru dengan anak gangguan komunikasi
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelatih atau guru yang memberikan pelatihan kepada anak yang mengalami gangguan komunikasi antara lain:
1. Kemampuan Penguasaan Bahan
2. Kemampuan Mengelola Sistem Instruksional
3. Kemampuan mengelola tempat
4. Kemampuan Mengelola Sarana
5. Mengembangkan kerjasama


e. Metode dan Teknik Pelayanan
Dalam teknik pelayanan pada gangguan komunikasi, guru dapat mempergunakan salah satu atau kombinasi beberapa metode dan teknik sebagai berikut:
1. Metode Simulasi
Metode ini dilakukan berdasarkan prinsip pengamatan terhadap suatu rangsangan secara terpadu melalui sensory yang dimiliki seseorang dengan memperbaiki “konsep perilaku komunikasi yang salah”.
Metode stimulasi ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
a) Metode Stimulasi visual
b) Metode Stimulasi Auditoris
2. Metode Phonetic-placement
Metode ini selalu menuntut anak dengan gangguan komunikasi untuk “memperhatikan” gerakan posisi organ bicara atau alat komunikasi yang lainnya sehingga mampu mengendalikan pergerakan organ bicara.
3. Metode Moto-kinestetic
Disebut juga metode manipulasi. Guru melakukan manipulasi langsung kepada otot-otot organ bicara atau organ komunikasi yang dipandang perlu.Pemberian manipulasi melalui alat misalnya jati, spatel, kuas khusus atau alat-alat lainnya.
4. Metode Psiko-edukatif
Melalui teknik play-therapy, role playing, dramatisasi, atau metode-metode lainnya

5. Metode Compensatory Pattern
Metode ini akan diberikan kepada anak bila sudah tidak mungkin lagi melakukan perilaku yang lain.
f. Sarana dan Prasarana Latihan
Sarana fisik meliputi ruang latihan, peralatan yang digunakan yang terdiri dari alat-alat elektronik, atau non elektronik. Yang dimaksud alat-alat elektronik adalah segala peralatan yang digunakan dengan memanfaatkan modalitas elektronik. Namun alat-alat elektronik bukan satu-satunya yang menentukan keberhasilan dalam latihan. Alat-alat dimaksud akan lebih baik apabila para pelaksana terlebih dahulu mengenal, dan mempunyai kemampuan mengoperasikan alat-alat dimaksud.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULAN
Gangguan komunikasi yang dialami oleh anak akan mempengaruhi individu dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Dalam berkomunikasi, bahasa mempunyai peran ganda, yaitu berperan secara aktif maupun secara pasif.
Bagi guru-guru di sekolah reguler yang menangani anak berkebutuhan khusus dengan gangguan komunikasi perlu untuk memilki pengetahuan luas terutama dalam pengelolaan dalam pembelajaran bina wicara. Kewenangan guru dalam memberikan pelayanan terbatas pada pengembangan berbahasa/bicara yang mengacu kepada kurikulum yang saat ini disebut kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP)

II. SARAN
Minta saran kepada para pembaca di Blogger ini. Thanks before

DAFTAR PUSTAKA
Maria Susila Yuwati (1997), Pengajaran Bina Persepsi Bunyi dan Irama untuk Anak Tunarungu, Makalah Pelatihan Guru PLB, Jakarta
Sadjaah Edja, Sukardja Dardjo (1995), Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta
Tarmansyah (1995), Gangguan Komunikasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Jakarta
Tineke Neering-Pleijaster (1992), Pedoman Speech Therapy, SLB YPTB, Malang


1 komentar:

shaziamumtaaz mengatakan...

Pusat Terapi dan Tumbuh Kembang Anak (PTTKA) Rumah Sahabat Yogyakarta melayani deteksi dini anak berkebutuhan khusus dengan psikolog, terapi wicara, fisioterapi, sensori integrasi, behavior terapi, Renang& musik untuk anak berkebutuhan khusus, terapi terpadu, home visit terapi & program pendampingan ke sekolah umum dan pelatihan terapi bagi orang tua anak berkebutuhan khusus. informasi lebih lanjut hubungi 0274 8267882